Minggu, 07 Desember 2014

Belajar mengirim pesan via e-mail

Internet merupakan salah satu sarana untuk menggali informasi untuk menambah pengetahuan, dalam rangka menunjang pendidikan.

Untuk itu anak-anak Paud Photizo juga dikenalkan dengan internet, salah satunya dengan belajar berkomunikasi melalui surat elektronik atau e-mail.

Di Sentra belajar ini anak-anak diajari cara membuat dan menggunakan e-mail untuk mengirim pesan kepada teman atau saudara.

Anak-anak hebat ini sangat bersemangat...!!! 

Gambar dibawah ini beberapa hasil karya anak-anak Paud Photizo membuat & mengirim e-mail :

Belajar mengirim pesan via e-mail
Belajar mengirim pesn via e-mail

Sabtu, 11 Oktober 2014

Tahapan Perkembangan Bermain Balok

Tahapan perkembangan bermain balok terbagi dalam 19 Tahap, sebagai berikut :

TAHAP 1 - Tanpa Bangunan

Anak menggunakan balok, tetapi tidak membangun. Anak meneliticiri-ciri fisik dari balok dengan membuat suara-suara, memindahkan,menggerakkan, melakukan percobaan, dan memanipulasi balok dengan badannya sendiri, main mengisi dan mengosongkan.
TAHAP 2 -  Susunan Garis Lurus ke Atas
Anak menumpuk atau menyusun balok-balok secara vertikal












TAHAP 3 - Susunan Garis Lurus ke Samping
Anak menempatkan balok-balok bersisian atau dari ujung ke ujung dalam satu garis.
TAHAP 4 - Susunan Daerah Lurus ke Atas
Anak membangun dengan cara menggabungkan tumpukan-tumpukanbalok d an/atau menumpuk garis demi garis (sisi demi sisimenumpuk).











TAHAP 5 -  Susunan Daerah Mendatar
Anak mengkombinasikan barisan-barisan dari balok dalam daerahmendatar.














 Nantikan tahap berikutnya....to be continued...

Tahapan Main Sensorimotor

Ada 4 Tahapan main sensorimotor, yaitu :

Tahap 1:
Mengulang gerakan beberapa kali untuk melanjutkan tanggapan panca indera; reaksi perputaran pertama; anak hanya terlibat dengan badannya; mainan dan benda lain tidak digunakan.
Contoh: 
1.Memercikkan air dengan tangan;
2.Menepuk atau meremas-remas pasir;
3.Bertepuk atau melambaikan tangan.

Tahap 2
Mengulang-ulang gerakan dengan benda atau beberapa benda beberapa waktu untuk menjaga lingkungan yang menarik pandangan, pendengaran, atau yang terkait dengan perabaan.
Contoh:
1. Memukul-mukul pasir;
2. Menuang air dari wadah dengan tangan;
3. Memercikkan air ke mainan.

Tahap 3
Mengulang-ulang urutan sebab-akibat sederhana, kemudian memilih cara untuk mencapainya, seperti: mengosongkan, mengisi, menyembunyikan, menemukan, membangun, dan merobohkan.
Contoh:
  1. Mengisi keranjang atau wadah lainnya menggunakan sekop dan/atau tangan (anak terlihat memiliki tujuan mengisi wadah dan menggunakan urutan sebab/akibat yang sederhana misalnya: mengisi sekop dan menuangkannya ke dalam wadah untuk mencapai tujuan). 
  2. Menuangkan air ke dalam teko dengan tujuan mengisi penuh teko tersebut. 
  3. Menyembunyikan dan menemukan benda di dalam air atau pasir. 4. Menyusun balok-balok ke atas, kemudian merobohkannya kembali. 

Tahap 4
Anak mulai mencoba-coba. Tujuan main di pertahankan tetap iperilaku untuk mencapai tujuan tidak menjadi hal utama.
Cara yang dilakukan oleh anak selama pengulangan berubah-ubah. Mungkin mereka memiliki perasaan: “Saya sedang mencoba mengerti ini.”
Contoh: 
  1. Anak mengisi keranjang dengan pasir dengan menggunakan sebuah sekop, tetapi penggunaan sekop dilakukan dengan berbagai cara selama proses bermain (coba-coba); 
  2. Anak mengosongkan teko air dengan cara menuangkan dengan berbagai cara sambil mengamati air yang dituang.

Kamis, 09 Oktober 2014

Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini

anak-anak PAUD Photizo
Pendidikan adalah merupakan aset penting bagi kemajuan sebuah bangsa, oleh karena itu setiap warga Negara harus dan wajib mengikuti jenjang pendidikan, baik jenjang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah maupun tinggi.

Dalam bidang pendidikan seorang anak dari lahir memerlukan pelayanan yang tepat dalam pemenuhan kebutuhan pendidikan disertai dengan pemahaman mengenai karakteristik anak sesuai pertumbuhan dan perkembangannya akan sangat membantu dalam menyesuaikan proses belajar bagi anak dengan usia, kebutuhan, dan kondisi masing-masing, baik secara intelektual, emosional dan sosial.

Sebelum bicara lebih jauh, apa sih pendidikan anak usia dini?

Pendidikan Anak Usia Dini adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagianak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.

Mengapa pendidikan anak usia dini itu sangat penting?

Berdasarkan hasil penelitian sekitar 50% kapabilitaas kecerdasan orang dewasa telah terjadi ketika anak berumur 4 tahun,8 0% telah terjadi perkembangan yang pesat tentang jaringan otak ketika anak berumur 8 tahun dan mencapai puncaknya ketika anak berumur 18 tahun, dan setelah itu walaupun dilakukan perbaikan nutrisi tidak akan berpengaruh terhadap perkembangan kognitif.


Hal ini berarti bahwa perkembangan yang terjadi dalam kurun waktu 4 tahun pertama sama besarnya dengan perkembangan yang terjadi pada kurun waktu 14 tahun berikutnya.
Sehingga periode ini merupakan periode kritis bagi anak, dimana perkembangan yang diperoleh pada periode ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan periode berikutnya hingga masa dewasa.

Sementara masa emas ini hanya datang sekali, sehingga apabila terlewatkan berarti habislah peluangnya.
Menurut Byrnes, pendidikan anak usia dini akan memberikan persiapan anak menghadapi masa-masa ke depannya, yang paling dekat adalah menghadapi masa sekolah.

“Saat ini, beberapa taman kanak-kanak sudah meminta anak murid yang mau mendaftar di sana sudah bisa membaca dan berhitung.
Di masa TK pun sudah mulai diajarkan kemampuan bersosialisasi dan problem solving.
Karena kemampuan-kemampuan itu sudah bisa dibentuk sejak usia dini,” jelas Byrnes.

Selanjutnya menurut Byrnes, bahwa pendidikan anak usia dini itu penting, karena di usia inilah anak membentuk pendidikan yang paling bagus.
Di usia inilah anak-anak harus membentuk kesiapan dirinya menghadapi masa sekolah dan masa depan. Investasi terbaik yang bisa anda berikan untuk anak-anak adalah persiapan pendidikan mereka di usia dini

Ada dua tujuan mengapa perlu diselenggarakan pendidikan anak usia dini, yaitu:
- Tujuan utama:
  • untuk membentuk anak yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa.
- Tujuan penyerta:
  • untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah.
Singkatnya, pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.

Apa perbedaan anak yang mendapatkan pendidikan anak usia dini di lembaga yang berkualitas dengan anak yang tidak mendapatkan pendidikan anak usia dini ?

Menurut Byrnes (Peraih gelar Woman of the Year dari Vitasoy di Australia) di lembaga pendidikan anak usia dini yang bagus, anak-anak akan belajar menjadi pribadi yang mandiri, kuat bersosialisasi, percaya diri, punya rasa ingin tahu yang besar, bisa mengambil ide, mengembangkan ide, pergi ke sekolah lain dan siap belajar, cepat beradaptasi, dan semangat untuk belajar

Sementara, anak yang tidak mendapat pendidikan usia dini, akan lamban menerima sesuatu.
Anak yang tidak mendapat pendidikan usia dini yang tepat, akan seperti mobil yang tidak bensinnya tiris. Anak-anak yang berpendidikan usia dini tepat memiliki bensin penuh, mesinnya akan langsung jalan begitu ia ada di tempat baru.
Sementara anak yang tidak berpendidikan usia dini akan kesulitan memulai mesinnya, jadinya lamban.
Tidak bisa dipungkiri bahwa pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang sangat mendasar dan strategis dalam pembangunan sumber daya manusia.

Begitu pentingnya pendidikan ini tidak mengherankan apabila banyak negara menaruh perhatian yang sangat besar terhadap penyelenggaraan pendidikan ini hingga pemerintah Indonesia pun memberikan layanan pendidikan gratis hingga tingkat SMP.



*****************
Sumber : Posted by' Haryanto, S.Pd onFebruary 7, 2012

Apa itu Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

Anak-anak Paud Photizo sedang bermain balok
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.

Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan 5 perkembangan, yaitu : 
  • perkembangan moral dan agama, 
  • perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), 
  • kecerdasan/kognitif (daya pikir, daya cipta),  
  • sosio emosional (sikap dan emosi) 
  • bahasa dan komunikasi, 
sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan sesuai kelompok usia yang dilalui oleh anak usia dini seperti yang tercantum dalam Permendiknas no 58 tahun 2009.

Ada dua tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini yaitu:

-  Tujuan utama:
  • untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan pada masa dewasa.
- Tujuan penyerta:
  • untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah, sehingga dapat mengurangi usia putus sekolah dan mampu bersaing secara sehat di jenjang pendidikan berikutnya.
Rentangan anak usia dini menurut Pasal 28 UU Sisdiknas No.20/2003 ayat 1 adalah 0-6 tahun. 
Sementara menurut kajian rumpun keilmuan PAUD dan penyelenggaraannya di beberapa negara, PAUD dilaksanakan sejak usia 0-8 tahun (masa emas).

Ruang Lingkup Pendidikan Anak Usia Dini
  • Infant (0-1 tahun)
  • Toddler (2-3 tahun)
  • Preschool/ Kindergarten children (3-6 tahun)
  • Early Primary School (SD Kelas Awal) (6-8 tahun)

Tahapan Meronce

Tahap-tahap Perkembangan Anak dalam Meronce

Anak Paud Photizo sedang meronce
Meronce? ... Yah, kegiatan meronce adalah salah satu materi yang diberikan pada anak pra sekolah. 
Kegiatan memasukkan manik-manik ke dalam benang ini merupakan latihan agar anak dapat berkonsentrasi. Dan yang lebih penting lagi adalah merupakan tahapan pra membaca anak. 

Lho apa hubungannya ya...? 

Kegiatan meronce sendiri mempunyai beberapa tahap perkembangan. 
Anak dapat dikatakan siap diajari membaca jika sudah bisa meronce dengan menggunakan pola. 
Karena pada tahapan ini, anak sudah bisa mulai mengklasifikasikan sesuatu. 

Suatu tahapan yang diperlukan ketika anak mulai belajar membaca. 
Karena dalam pelajaran membaca, anak harus bisa membedakan bentuk huruf yang berbeda-beda. 

Berikut adalah tahapan dalam meronce :

Kamis, 25 September 2014

Tahapan Perkembangan Bermain Peran

TAHAPAN PERKEMBANGAN BERMAIN PERAN

Anak-anak Paud Photizo bermain peran Dokter & Pasien
Tahapan bermain peran anak dapat diklasifikasikan ke dalam tigakarakteristik sebagai berikut:
  1. Agen Simbolik (diarahkan pada apa/siapa atau siapa yangmenerima tindakan). 
  2. Pengganti Simbolik (menggunakan alat-alat sebagai pemeranya). 
  3. Kerumitan Simbolik (jumlah dan kerumitan adegan, menggunakannaskah pendek dalam konteks yang sama). 
Agen Simbolik 1
Anak pura-pura melakukan kegiatan.
Contoh:
· Anak pura-pura makan, tidur, atau minum.
· Anak pura-pura menyisir atau menyikat rambutnya;
· Anak-anak pura-pura berbicara dengan menggunakan teleponmainan.

Agen Simbolik 2
Anak pura-pura mengarahkan kegiatan sederhana pada temannyaatau benda.
Contoh:
 · Anak memberi makan atau memandikan boneka;
· Anak meletakkan boneka di tempat tidur;
· Anak mendorong mobil-mobilan di lantai.

Agen Simbolik 3 
Anak mengambil peran pura-pura secara aktif, tetapi tidak diarahkankepada orang lain. 
Anak juga dapat menentukan peran untuk mainanatau benda. 
Anak tidak terlalu banyak bertanya untuk main peran.
Mencari petunjuk-petunjuk sesuai yang ditentukan. 
(Misalnya: Anakmeletakkan stetoskop di leher dan mendengarkan denyut jantung temannya atau boneka,      tetapi tidak berkata “Saya dokter”). 
Anak dapat memahami tanda-tanda atau mengikuti temannya dalam kelompokmain peran. (Contoh: Teman bertindak sebagai pilot pesawat, anakmenentukan perannya sebagai penumpang pesawat). 
Contoh: 
  • Anak-anak pura-pura menjadi seorang guru dan membaca keraskepada boneka, teman lainnya, atau hanya pura-pura seseorangmendengarkan; 
  • Pura-pura menjadi binatang; 
  • Pura-pura menjadi sopir mobil; 
  • Pura-pura memainkan kuda-kudaan kecil berlari ke kandangatau makan rumput kering (peran mikro). 

Agen Simbolik 4 
Anak tidak mengambil peran aktif, tetapi sebagai sutradara. 
Anaksebagai sutradara dengan mengarahkan teman atau mainan lainnyasebagai pelakunya. 
Ia mengatur tindakan dan memberitahukan padatemannya apa yang harus dilakukan (terlihat sebagai pemimpin). 
Contoh: 
  •  Anak pura-pura menjadi ibu yang memberi makan boneka bayi; 
  • Anak berlagak seperti seorang sutradara, memberitahutemannya apa yang harus dilakukannya. 

Pengganti Simbolik 1 
Anak menggunakan benda nyata, dengan cara yang tepat, untukmenirukan sebuah kegiatan. 
Contoh: 
  • Berpura-pura makan dengan menggunakan sendok betulan; 
  • Menggunakan baju dan sepatu untuk berperan menjadi ibu; 
  • Menggunakan telepon sungguhan untuk berpura-puraberbicara. 

Pengganti Simbolik 2 
Anak menggunakan alat yang sesungguhnya untuk menirukan fungsibenda dengan tepat. 
Alat dapat berbentuk seperti benda aslinyawalaupaun dalam ukuran kecil. Contoh: · Pura-pura memberi makan boneka dengan botol mainan; 
  • Pura-pura menyanyi atau mengayun bonekal 
  • Pura-pura memasak lapisan ikan dalam panci penggoreng; 
  • Pura-pura sedang duduk di bis atau pesawat denganmenggunakan sebuah kursi adalah tempat duduk lainnya. 
Pengganti Simbolik 3 
Anak menggunakan alat atau benda yang mungkin sama atauberbeda dengan benda yang sesungguhnya. Contoh: 
  • Menggunakan sepotong kayu sebagai lilin; 
  • Menggunakan tempat tidur sebagai kendaraan; 
  • Menggunakan kayu sebagai kuda. 
Pengganti Simbolik 4 
Anak tidak menggunakan benda untuk bermain peran atau bendahayalan yang tidak ada secara fisik. Pura-pura bermain dengansesuatu yang tidak ada. 
Anak bercakap dengan peran pura-pura. 
Contoh: 
  • Minum dari cangkir hayalan; 
  • Berbicara pada telepon hayalan dengan pegangan tangan ketelinga; 
  • Pura-pura makan biskuit atau kue (yang tidak nampak); 
  • Pura-pura menjadi gajah, menggunakan tangan sebagai belalai. 

Kerumitan Simbolik 1 
Satu tindakan/adegan yang terpisah dengan benda, teman, atau dirisendiri.
Contoh:
· Pura-pura minum atau makan atau tidur
· Pura-pura mengendarai truk pasir;
· Pura-pura berbicara menggunakan telepon;
· Bergaya merangkak pura-pura menjadi kucing/anjing, dll.

Kerumitan Simbolik 2 
Satu tindakan/adegan pada dua atau lebih benda atau teman-temannya dengan menggunakan benda atau gagasan yang sama. Tindakan sama diulang-ulang dengan benda atau teman-teman yangberbeda.
Contoh:
· Pura-pura makan lalu menyuap boneka atau temannya;
· Pura-pura menyikat rambut sendiri, lalu boneka atau temannya;
· Pura-pura mengisi air ke dalam cangkir;
· Pura-pura memeriksa karcis dari teman-temannya.

Kerumitan Simbolik 3
Tindakan/adegan yang berhubungan.
Dua atau lebih tindakan yangberhubungan dalam tema main pura-pura yang sama.
Anak dapatdapat keluar dan masuk kembali ke peran tertentu.
Dalam bermain mencakup dua atau lebih tindakan yang berhubungan.  
Contoh:
  • Mengaduk dan menuangkan minuman lalu meminumnya; 
  • Mengisi keranjang dengan pasir, mengeluarkan pasir untuk membentuk “kue ulang tahun”, meletakkan batang lilin di atasnya dan menyanyi “Selamat Ulang Tahun” 
  • Mencuci baju, membilasnya, dan menjemurnya di tali jemuran; 
  • Memakai celemek, memasak makanan di kompor, menaruhmakanan di piring lalu ditaruh di meja. 

Kerumitan Simbolik 4
Anak memainkan keseluruhan naskah atau naskah hidup.
Naskah dapat menjadi nyata atau hayalan di mana urutan-urutan tindakan simbolik berkaitan dengan tema. Anak tidak keluar dari peran.
Tindakan membutuhkan beberapa pengelolaan dan perencanaan awal.
Anak secara jelas bermain pada tema dan tetap bertahan dalambermain peran sampai selesai.
Contoh:
  • Naskah waktu makan: Memasak makanan, menyediakan, danmakan; 
  • Naskah Bayi: Memandikan, mengenaikan baju, memberimakan, mengayun, dan meletakkan bayi ke tempat tidur; 
  • Naskah rumah makan: Duduk di rumah makan, memesanmakanan, dan makan.
 

Paud Photizo Solo Copyright © 2011 Designed by Ipietoon Blogger Template and web hosting